Kedaruratan Metabolik
Kedaruratan onkologis merupakan kedaruratan yang
“under reportation”. Oleh karena seringkali tidak memberikan gejala ataupun
tanda yang jelas, kecuali dilakukan “assesment” secara baik.
Adapun kedaruratan metabolik yang akan sering
dijumpai adalah a.l :
a.
Hiperkalsemia.
Terjadi jika
mobilisasi Ca dari tulang melampaui kemampuan ekskresi Ca oleh ginjal. Dan
keganasan merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan terjadinya
hiperkalsemia. Keganasan yang sering menimbulkan hiperkalsemia adalah keganasan
payudara, paru, hipernefroma, multiple mieloma, SCC leher kepala, esophagus dan
tiroid. Sebaliknya keganasan glandula paratiroid seringkali menimbulkan
hiperkalsemia, akan tetapi sangat jarang dijumpai. 80% dari hiperkalsemia o.k
keganasan akan didapatkan adanya metastase pada tulang, akan tetapi luas
kerusakan tulang tersebut paralel dengan tinggi rendahnya kadar kalsium dalam
darah. Kenaikan kalsium dalam darah menunjukan progresi keganasan, dan
seringkali merupakan indikator adanya prognose yang buruk. 20% dari
hiperkalsemia tidak menunjukan adanya metastase tulang, dan pada keadaan ini
peneliti mencurigai adanya substansi hormonal seperti “parathyroid – hormone
like susbtances” ataupun “osteolytic prostaglandins” yang disekresikan oleh sel
sel tumor yang akan menimbulkan mobilisasi Ca. Pada multiple myeloma,
hiperkalsemia terjadi oleh karena adanya produk “osteoclast activating factors
(OAF)” oleh sel plasma abnormal, dan bukan akibat efek langsung dari sel tumor
terhadap tulang. Adanya metastase tulang ataupun efek indirek dari substansi
hormonal ektopik akan menstimuli aktifitas dan proliferasi osteoklas. SCC dari
leher kepala ataupun esophagus seringkali menyebabkan gejala gejala seperti
hiper-paratiroidisme, oleh karena produksi “parathormon” ataupun substansi
“parathyrotropic”.
Biasanya berhubungan dengan
hiperkalsemia, maka akan terjadi pula “hipofosfatemia”, kenaikan “cyclic AMP”
dan kenaikan “bone alkali phosphatase”.
Pemeriksaan Klinis.
Hiperkalsemia memberikan keluhan :
rasa lelah, anorexia, nausea, poliuria, polidipsia dan konstipasi.
Secara neurologis hiperkalsemia memberikan tanda kelemahan otot, lethargy,
apathy, dan hiporefleksi. Tanpa terapi gejala gejala ini akan semakin
berat, dan akan timbul perubahan status mental, psikosis, kejang – kejang, koma
dan akhirnya meninggal dunia. Pasien dengan hiperkalsemia yang lama, akan
terjadi kerusakan tubulus ginjal yang permanen berupa “renal tubular acidosis”,
glukosuria, aminoasiduria, dan hiperfosfaturia. Kematian tiba tiba dapat
terjadi sebagai akibat aritmia cordis, jika terjadi kenaikan akut dari Ca. EKG
sering menunjukan adanya perubahan “pemendekan interval QT, pelebaran gelombang
T, bradikardia, dan memanjangnya PR.
Terapi.
Seringkali dijumpai keadaan dehidrasi
pada pasien dengan hiperkalsemia.
- Pada keadaan
hiperkalsemia yang ringan, maka terapi cukup diberikan rehidrasi saja. Dan jika
terdapat modalitas terapi anti tumor yang efektif, maka pemberian terapi anti
tumor akan menurunkan Ca darah secara otomatis.
- Ca serum harus
dikoreksi, sampai pengobatan anti tumor yang efektif dapat dimulai. Mobilisasi
pasien untuk mencegah osteolisis, konstipasi harus diobati.
- Rehidrasi dengan NaCl
fisiologis akan meningkatkan ekskresi Ca. Rehidrasi dapat diberikan dengan
cepat (250 – 300 ml / jam) dan diberikan furosemid I.V untuk mencegah
reabsorbsi Ca.
- Pada “multiple
myeloma”, “lymphoma”, “leukemia, dan “carcinoma mamma pemberian kortikosteroid
untuk menghambat reabsorbsi tulang dan
kerja OAF, dilaporkan cukup efektif. Dosis yang diperlukan cukup besar,
yaitu antara 40 – 100 mg prednisolon / hari.
- Pemakaian obat obat
yang akan meningkatkan ca darah harus dihindari. (diuretik thiazide, vit A dan
vit D).
- Obat khusus untuk
hipercalcemia adalah “mithracin (plicamycin)”. Suatu agen kemoterapi yang dapat
bekerja efektif mencegah reabsorbsi tulang dengan menurunkan jumlah dan
aktifitas dari osteoklas.
- Calcitonin juga
bekerja menghambat reabsorbsi tulang, dan akan menurunkan kadar Ca beberapa jam
setelah pemberian. Pemakaian calcitonin seringkali harus dikombinasi dengan
glucorticoid untuk mencegah terjadinya “tachyphylaxis”.
- Pemberian
“diphosphonat” pada hipercalcemia oleh karena karsinoma mamma atau “multiple
nyeloma” cukup memberikan hasil, meskipun pemberian I.V dari diphosphonat
dilaporkan memberikan komplikasi hipotensi, hipocalcemia, gagal ginjal dan
kematian. Demikian juga pemberian phosphat I.V tidak dianjurkan oleh karena
tingginya komplikasi yang terjadi.