KELAS FILICINAE (Paku Sejati)
Leptosporangiate (Filices)
Golongan ini terdiri dari beraneka ragam paaku-pakuan
yang luar biasa banyaknya, meliputi kurang lebih 90 % dari jumlaah seluruh
marga yang tergolong dalam filicinae dan tersebar diseluruh bumi. Terdapat
didaerah tropik, paaku yang berupa pohon, batangnya dapat mencapai besar satu
lengan atau lebih, umumnya tiak bercabang dan paa ujungnya terdapat suatu rozet
daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali, panjangnya dapat
bsampai 3 m, dan jika gugur meninggalkaan bekas-bekas yang jelas pada batang.
Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk kedalam tanah
akar-akar itu tidak bertambah panjang , kambium tidak ada, jadi batang tidak mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak.
Kebanyakan tumbuhan paku berupa herba dengan rimpang yang
mendatar, dan biasanya jarang bercabang. Daun yang masih muda selalu tergulung,
dan sifat ini sangat karakteristik bagi warga filicinae pada umumnya.
Disebabkan oleh karena sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya,
dan baru ditiadakan dengan terbukanya daun. Pada daun filicinae tulang-tulang
daunnya bercabang-cabang dengan bebe-rapa pola. Pola percabangan tulaang-tulang
daun tersebut merupakan salah satu dasar dalam pengklasifikasian leptosporangiatae.
Pada kebanyakan filicinae, batang, tangkai daun,
daan kadang-kadang se-bagian daun, tertutup oleh suatu lapisan rambut-rambut
berbentuk sisik yang dina-makan palea. Sporangium terbentuk dalam jumlah yang
besar pada sisi bawah daun.
Pada warga suku polypodiaceae, sporangium terkumpul
menjadi sorus yang bentuknya dapat bermacam-macam. Dan sebelum masak
sorus itu tertutup oleh suatu selaput yang disebut dengan indusium. Pada
dinding sporangium seringkali terdapat suatu cincin yang terdiri dari sel-sel
yang menonjol keluar dengan penebalan dinding radial dan dinding dalam. Bagian
sisi perut yang yang selselnya tidak menebal itu dinamakan stomium.
Annulus bekerja sebagai suatu mekanisme kohesi dan menyebabkan ter-bukanya
sporangium, ada atau tidak adanya indusium, merupakan ciri-ciri pengenal yang
sangat penting. Semua warga filices ( leptosporanngiatae) menghasilkan isospora.
Dari spora itu tumbuh protalium, pada jenis-jenis tertentu protonema telah
menghasilkan anteridium pada cabang-cabangnya, dan arkegonium pada
cabang-cabang yang terdiri dari beberapa sel. Pembelahan sel-sel yamg
terus-menerus akhirnya menghasilkan suatu pro-talium yang melekat pada substratnya.
Pada pembentukan protalium sel pemula di-ujung lalu diganti oleh beberapa sel
pemula, dan akhirnya terjadilah suatu badan ya-ng bersifat seperti talus.
Anteridium dan arkegonium terdapat pada satu protalium, biasanya pada sisi yang
tidak menghadap matahari. Anteridium pada leptosporangiatae berupa suatu
tonjolan jaringan berbentuk bulatyang duduk tanpa tangkai pada ssuatu sel
protalium. Arkegonium terdapat pada baagian protalium yang berlekuk dan mulai
muncul dari suatu ssel permukaan pada protalium yang sudah agak tua. Sporofit
untuk sementara hidup sebagaai parasit pada protalium dan menyerap makanan dari
protaliumnya dengan perantaraan haustorium sebagai protalium itu sudah
mati. Akar yang pertama terbentuk lalu diganti oleh akarakar berikutnya.
Pada daun-daun seringkali terbentuk tunas-tunas adventif (
tunas liar) yang dapat terlepas dan berguna sebagai alat berkembang biak
vegetatif. Dapat pula tunas atau daun berubah menjadi geragih (stolon) yang
dapat dipergunakan untuk tujuan yang sama. Selain itu dari protalium dapa pula
terbentuk tumbuhan paku baru tanpa pembuahan, jadi secara apogam atau apospor. Leptosporangiatae
dibedakan dalam 3 golongan yaitu :
- Simplices;
sporangium didalam sorus terjadi secara serempak
- Gradate;
sporangium di dalam timbulnya dari atas ke bawah (basipetal)
- Mixtae;
pembentukan sporangium didalam sorus tidak beraturan.
Selanjutnya masih harus diperhatikan letak sporangium pada
sporofil, sehingga masing-masing golongan tadi dapat dibedakan lagi dalam yang
sporangiumnya pada tepi sporofil (Marginales) dan yang sporangiumnya
pada permukaan (bawah) sporofil (superficiales).
Berdasarkan sifat sifat diatas, maka skema klasifikasi Fillices
menjadi sebagai berikut :
Golongan Marginales Superficiales
Simplices Schizacacae Gleichenieaceae
Gradatae
Laxsomaceae
Hymenophyelaceae
Dicksoniaceae
Thyrsopteridaceae
Cyatheaceae *)
Woodsiae*)
Onocleinae *)
Metae Davalleaeae
Oleandeeae
Aspidicea *)
Blechninae *)
Asplenieae *)
Pterideae *)
Golongan-golongan dengan tanda *) merupakan anak suku
kelompok yang besar, yaitu suku Polypodiaceae. Rupa-rupanya sekarang suku
Polypodiaceae yang sangat heterogen ini dianggap terlalu besar, dan anak suku
yang termasuk di dalamnya seyogyanya ditingkatkan kedudukannya menjadi suku.
Dalam skema itu tidak termasuk suatu golongan, yang
mengenai sifat-sifat tersebut diatas (urutan pembentukan sporangium dan
letaknya pada daun ) masih belum diperoleh kepastian yaitu suku Osmundaceae.
Sporangium tidak tersusun berkelompok, tidak bertangkai atau hampir tidak bertangkai,
tanpa anulus, tetapi mempunyai sekelompok sel berdinding tebal, jika telah
masak membuka dengan retak disamping sebelah bawah ujung. Sporangium tersebar,
kadang-kadang menutupi sebagian besar permukaan daun indusium tidak ada, tidak
terdapat sisik-sisik, tetapi pada daun-daun yang muda seringkali terdapat
rambut-rambut yag menghasilkan lendir.
Warga suku ini meunjukkan adanya hubungan antara Eusporangiatea
yang terlihat dari :
-
Cara cara pembentukan sporangium, yang tidak hanya
berasal dari satu sel epidermis saja,
-
Tidak adanya anulus
-
Protalium yang berumur panjang
Di indonesia hanya terdapat satu wakil, yaitu Osmunda
javancia.
Suku Schizaeaceae. Sporangium tidak
bertangkai atau hampir tidak bertangkai, terpisah-pisah, waktu masak membuka
dengan suatu celah membujur. Anulus pendek, tetapi terang, letaknya melintang
dekat ujung sporangium. Bagian daun yang fertil mempunyai bentuk yang berlianan
dengan bagian yang steril. Pada paku ini terdapat rambut-rambut atau
sisik-sisik.
Dalam suku ini antara lain termasuk marga :
-
Scizeae. Daun-daun tegak ketas, pada ujungnya
terdapat bagian fertil yang berbagi menyirip. Di Indonesia terdapat S.
diditata, S.diachotoma.
-
Lygodium. Batangnya membelit. Daun seringkali
amat panjang, dengan taju-taju daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat
pada bagian-bagian daun yang tersendiri atau seringkali hanya taju-taju saja
yang bersifat fertil, misalnya Lygodium circinnatum.
Fosil Shizaeaceae telah ditemukan di zaman karbon akhir.
Sporangiumnya mempunyai beberapa baris anulus dan paku itu telah mempunyai daun
yang besar. Lygodium telah dikenal dari zaman tersier
Suku Gleicheniaceae. Sorus hanya mengandung
sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan suatu celah membujur.
Anulus melintang. Paku ini mempunyai sisik-sisik. Sorus tidak tertutup oleh
indusium. Dari suku ini yang paling terkenal ialah marga :
- Gelichenia; daun panjang yang bagian-bagian yang
menyirip, ujungnya sering sampai lama dalam keadaan kuncup. Beberapa
diantaranya bersifat sebagai xerofit atau Kremnofit, misalnya G. linearis,
G.Leavigata (paku andam, paku resam), seringkali dipakai untuk pelindung
sementara pada pesemaian-pesemaian. Pernah ditemukan Fosil Gleicheniaceae dari
zaman Trias.
Suku Matoniaceae. Daun-daun menjari,
panjang, kadang-kadang untuk memanjat. Sporangium terdapat di keliling tiang
sorus, dan ditutupi oleh indusium berbentuk perisai. Anulus serong, celah jalan
keluar sporapun demikian. Proteliumnya belum dikenal, suku ini meliputi marga Matonia,
antara lain Matonia pectinata, dan phanerosorus yang
anggota-anggotanya tumbuh di Kalimantan dan didaerah di dekatnya. Telah
ditemukan Fosil Matoniaceae dari zaman Kapur.
Suku Loxsomeceae. Susunan sorus menyerupai
sorus pada wara suku hymenophyllaceae. Sporangium membuka celah membujur,
antara lain pada loxsoma cunninghami yang tumbuh dio Selandia Baru, dan pada
Loxsomopsis di Amerika Selatan.
Suku Hymenophyllaceae. Kebanyakan berupa
tumbuhan paku yang kecil, dan seing kali hanya terdiri dari satu lapis sel aja.
Soru pada tepi daun, mempunyai indusium berbentuk piala atau bibir. Sporangium
tanpa bingkai dengan cincin yang sempurna dengan letak serong atau melintang. Protalium
berbentuk pita atau benang.
Paku ini sangat banyak terdapat didaerah tropik, hidup
sebagai epifit, dan sangat suka akan tempat-tempat yang lembab, tetapi ada pula
beberapa jenis yang menyukai habitat yang kering (xerofil).
- Trichomanes. Indusium berbentuk buluh atau piala, tiang
pendukung sporangium akhirnya muncul diatas indusium. Dinding sporangium
terdiri dari sejumlah kecil sel-sel yang tidak sama. Daun tunggal atau majemuk,
biasanya tipis lemas, kadang-kadang juga kaku. Pada tanah atau epifit dengan
rimpang yang merayap atau bangkit, misalnya pada Tr. Teysmannii,Tr.
Javanicum,, Tr Palma tifidium.
- Hymenophyllum. Indusium sampai ± 1/3 panjangnya berkatub
dua, tiang pendukung sporangium sedikit atau muncul sampai jauh diluar indusium.
Dinding sporangium terdari dari banyak sel-sel kecil yang semua sama besar.
Daun majemuk dengan taju-taju yang sempit, tipis.
Rimpang merayap. Hymnenophyllum berupa paku tanah atau
epifit, contoh H.junghuhnii, H. australe.
Beberapa jenis hymenophyllaceae yang terdapat diluar
daerah tropik dianggap sebagao relik. Yang fosil belum diketahui dengan pasti,
mungkin telah hidup dalam jaman karbon akhir.
Suku Dicksoiniceae. Sorus pada tepi daun
dengan indusium yang terdiri dari dua bagian. Sporangium dengan anulus yang
serong. Dalam suku ini termasuk antara lain :
-
Dicksonia, sorus bulat atau agak memanjang, dekat tepi
daun pada ujung suatu urat, dengan indusium yang berkatub dua. Paku berbentuk
pohon dengan daun majemuk dan uraturat yang bebas. D. blumei ; D. antarctica
di Australia
-
Cibotium, Sorus ± bulat, pada tepi taju-taju daun
dengan indusium berkatup dua. Batang berdiri tegak, kadang-kadang sampai
beberapa meter, pada ujung dengan rambut-rambut berwarna pirang atau kuning
keemas-emasan. Daun besar, menyirip ganda 3 sampai 4 atau berbagai menyirip
-
Thyrsopteris Elegans yang terdapat di kepulauan Juan
Fernandes.
Suku Cyatheaeae. Sorus mengandung banyak
sporangium tidak pada tepi daun melainkan pada permukaan bawah, bentuk bola.
Indusium tidak ada atau jika ada berbentuk bola, piala atau mangkuk, seringkali
amat kecil. Daun tersusun sebagai rozet batang, menyirip ganda. Yang masih muda
tegak atau serong, akhirnya mendatar dan yang telah kering bergantung. Paku
tiang, batang dengan bekas daun yang jelas. Bagian tengah terisi teras
dikelilingi oleh bagian yang berkayu. Bagian yang berkayu mempunyai
berkas-berkas pengangkut yang dikelilingi oleh lapisan-lapisan sklerenkim. Dari
suku ini yang terkenal adalah marga :
a.
Cyathea (laku tiang). Sorus agak jauh dari tepi daun,
yang muda diliputi indusium berbentuk bola, indusium akhirnya robek, hingga
bentuknya menjadi seperti piala atau cawan. Daun menyirip ganda dua atau tiga.
b.
Alsophila, sorus agak jauh dari tepi daun. Indusium
tidak ada atau amat kecil, hingga tak terlihat.
Suku Polypodiaceae. Sorus bentuknya
bermacam-macam. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi daun, dapat pula pada
urat-urat, berbentuk garis, memanjang, bulat. Sporangium kadang-kadang sampai
menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertil. Sporangium bertangkai dengan
anulus
vertikal, tidak sempurna; jika masak, pecah dengan celah
melintang. Indusium ada atau tidak, melekat pada satu sisi saja, kadang-kadang
berbentuk ginjal atau perisai dengan tepi rata atau bertoreh. Rimpang merayap
atau berdiri, mempunyai ruas-ruas yang panjang, jarang memperlihatkan batang
yang nyata. Daun bermacam-macam, tunggal atau majemuk, dengan urat-urat yang
bebas atau saling berdekatan. Akar dan daun seringkali bersisik.
Suku ini tidak memberikan kesan adanya keseragaman diantara
anggota-anggotanya, dan mungkin sekali berasal dari bermacam-macam bentuk. Dari
sebab itu ada yang menganggap perlu untuk mengadakan beberapa suku. Wettstein
membedakan suku ini dalam beberapa anak suku yaitu:
Anak suku Woodsieae; Contoh Cystopteris, sorus
bulat, terketak pada gigir urat-urat daun. Indusium bulat, melengkung. Daun
menyirip ganda dua atau lebih, dengan urat-urat yang bebas. Rimpang tumbuh
tegak denan ruas-ruas pendek.
Anak suku Onocleae; daun fertil berbeda dari yang steril.
Contoh : O.Sensibilis di Asia Timur dan Amerika Utara.
Anak suku Davilleae; sorus dengan indusium berbentuk piala
atau sisik pada tepi daun. Dalam anak suku ini termasuk :
- Davallia; terdapat didaerah Palaeotropis. Sorus
bulat atau memanjang, terdapat pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau dekat
dengan tepi daun, terpisah-pisah. Indusium pada pangkal bentuknya kurang lebih
seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun. Daun menyirip ganda dua atau
lebih, urat-urat bebas.
Contoh D. Trichomanoides
- Lindsaya; sorus bulat, memanjang atau bangun
garis, sepanjang tepi pada sisi bawah daun.
Indusium mempunyai bentuk sorusya, terbuka pada bagian
yang menghadap tepi daun. Daun yang mati tak terlepas dari rimpang, menyirip
atau menyirip ganda, gundul. Anak daun asimetrik. Paku tanah atau epifit.
- Nephrolepis; sorus bulat atau bangun garis, pada
sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tapi itu.
Indusium sesuai dengan bentuk sorus. Daun yang mati tidak terlepas dari
rimpang, panjang, relatif sempit, menyirip dan sampai lama tetap tumbuh memanjang,
mempunyai hidatoda pada sisi atas daun. Rimpang terdiri tegak dan sering ditunjang
oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang, kadang-kadan gdengan
umbi.
Anak suku Oleandreae; Seperti Davalliae, tetapi daun tidak
berbagi. Kebanyakan tumbuh di daerah tropik. Contoh-contoh : Oleandra, sorus
bulat, terdapat di kanan kiri ibu tulang dekat dengan tulang itu, berderet
membujur.
Indusium bentuk ginjal atau memanjang. Rimpang setebal
tangkai daun yang tumbuh dari rimpang itu. Daun tunggal, sempit, bentu lanset,
tidak bertoreh, urat-urat berdekatan satu sama lain, bebas.
Rimpang tegak, memanjat atau merayap.
Anak suku Aspidieae; sorus agak bulat dengan indusium yang
keluar dari tengah-tengah sorus itu. Dari anak suku ini yang terpenting ialah
marga :
Dryopteris (Aspidium), sorus bulat atau jorong, pada
urat-urat sebelah bawah daun, kebanyakan ± ditengah-tengah urat tadi. Sorus
yang muda mempunyai indusium bentuk ginjal, lekas gugur, tidak sempurna atau sama
sekali tidak ada.
Anak suku Asplenieae; sorus di samping pada taju-taju
daun, memamjang, mempunyai indusium.
Dari anak suku ini yang terkenal adalah :
Asplenium; sorus bangun garis atau sempit
memanjang, terletak disamping tulang cabang, serong atau hampir tegak pada ibu
tulang. Indusium sesuai dengan sorusnya. Daun tidak dapat lepas dari rimpang,
menyirip, atau menyirip ganda. Urat-urat daun bebas atau bersambungan dengan
tulang tepi. Paku tanah atau epifit. Yang paling umum di Indonesia ialah A.
Nidus (paku sarang) .
Blechnum; sorus bebentuk garis pada sisi bawah
daun, kadang-kadang sepanjang tepi daun yang fertil, tetapi dapat pula menutupi
seluruh sisi bawah kecuali ibu tulang. Ada indusium, dan jika letak sorus
ditepi daun, indusium berasal dari tepi daun itu. Dan tidak terlepas dari
rimpang, berbagai menyirip atau menyirip, jarangu tunggal dan tidak terbagi .
Anak suku Pterideae; sorus sejajar denga tepi daun atau
dekat dengan tepi daun atau dekat dengan tepi daun, ditutup oleh tepi daun itu.
Anak suku ini terdiri dari beberap marga diantaranya :
1. Pteridium;
sorus pada tepi taju-taju daun, pada suatu urat yang menghubungkan ujungujung 2
urat daun, ditutup oleh tepi daun yang menggulung ke bawah, indusium tidak
sempurna
2. Pteris;
sorus pada urat tapi, tertutup oleh tepi daun. Daun membagi menyirip oleh tepi daun.
Daun membagi menyirip sampai menyirip ganda, kadang-kadang bercabang menjari
atau berbentuk kaki, tidak terlepas dari rimpang. Kebanyakan paku tanah,
misalnya Pteris ensiformis.
3. Adiantum;
sorus bangun ginjal, jorong atau bangun garis, terletak pada tepi daun yang terlipat
kebawah dan berfungsi sebagai indusium menutup sporangium, tetapi kemudian terdesak
ke samping.
Daun majemuk dengan bermacam-macam cara, kerap kali
menyirip atau menyirip ganda sampai beberapa kali dengan urat-urat yang bebas.
Rimpang merayap-rayap bangkit atau tegak. Paku tanah banyak ditanam sebagai
tanaman hias, banyak sekali jenisnya.
Anak Kelas Hydropterides (Paku Air)
Tumbuhan yang tergolong Hydropterides hampir selalu berupa
tumbuhan air atau tumbuhan rawa. Hydropterides memiliki sifat-sifat yang
menyimpang dari Filicinae, akan tetapi tidak sukar untuk menunjukkan adanya
hubungan dengan Filicinae.
Ciri-ciri Hydropterides:
Bersifat heterospora.
- Makrosporangium
dan mikrosporangium berdinding tipis.
- Tidak
memiliki anulus.
- Terdapat
dalam suatu pangkal daun.
- Memiliki
sporokarpium yang berdinding tebal dan mula-mula selalu tertutup.
- Makrosporangium
menghasilkan makrospora yang akan tumbuh menjadi makrosporotalium dengan
arkegonium.
- Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang tumbuh menjadi mikrosporotalium dengan
anteridium.
- Spora
terdiri dari perisporium dengan bentuk susunan yang aneh.
Hydropteridesmemiliki 2 suku, yaitu:
1. Suku Salviniaceae
Mengapung bebas pada permukaan air.
Percabangan sedikit.
Daun berkarang.
Pada tiap buku terdapat 3 daun yang terdiri dari 2 di
sebelah atas dan berhadapan berfungsi sebagai alat pengapung, yang 3 lainnya
terdapat di dalam air terbagi-bagi yang merupakan badan-badan yang bentuk dan
fungsinya menyerupai akar-akar.
Sporangium terkumpul pada pangkal daun yang berada dalam
air, memiliki 1 sorus yang berdinding homolog dengan indusium.
Sporokarpium hanya mengandung mikro atau makrospotangium.
Mikrosporangium bulat, tangkai panjang, berisi 64
mikrospora, dibungkus oleh substansi yang berasal dari periplasmodium,
mikrospora yang berkecambah merupakan suatu mikroprotalium berbentuk buluh
pendek, punya dua anteriudium. Protalium berkembang dalam sporangium, dinding
tidak terbuka dan dapat ditembus oleh mikroprotalium, sehingga spermatozoid
bergerak bebas.
Makrosporangium lebih besar, bertangkai pendek, dari 32
sel tetrade hanya 1 yang menjadi makrospora sempurna, makrospora mengandung
butir-butir zat putih telur, tetestetes minyak dan butir-butir amilum, pada ujungnya
terdapat inti plasma yang lebih kental, dinding makrospora berwarna pirang,
tebal, punya selubuing perisporium.
Salviniaceae terdiri atas dua marga (Genus) yaitu:
a). Salvinia
disebut paku air yang mengapung.
Penyebaran di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan.
Contoh: Salvinia natans
Salvinia minima
Salvinia molesta
Salvinia cucullata
b). Azolla
Umumnya terdapat di daerah tropika.
Bentuk kecil, lunak, bercabang-cabang.
Terapung pada permukaan air.
Daun di sebelah atas berseling, tersusun dalam dua
baris, dan terbelah dua, terapung dan berguna untuk asimilasi.
Memiliki Anabaena (termasuk dalam Cyanophyceae) yang
berfungsi untuk mengasimilasi N2 dari udara. Hubungan Anabaena dan Azolla
analog dengan hubungan Leguminosae dan Rhizobium.
Memiliki akar pada sisi bawah.
Ada daun yang tenggelam sebagai penyerapan air.
Ada taju-taju daun yang tenggelam yang berubah menjadi
sporokarpium.
Sporokarpium mengandung satu sorus yang hanya berisi
mikro atau
makrosporangiumsaja.
Punya usaha untuk menjamin terjadinya pembuahan.
Memiliki masula (gumpalan yang dapat berenang) yang ada
kaitnya (glokidium) dan periplasmodium. Glikodium berfungsi untuk mengait pada
makrospora.
Contoh: Azol la pinnata
Sering menutupi sawah-sawah di Asia dan Indonesia.
Azolla caroliniana.
2. Suku Marsiliaceae
Ciri-cirinya:
Hidup di paya-paya atau air dangkal.
Berakar dalam tanah.
Jarang berupa tumbuhan darat sejati.
Berbentuk umbi jika hidup di darat.
Batang berupa rimpang yang merayap, ke atas membentuk
daun-daun, ke bawah membentuk akar.
Daun pada jenis tertentu bersifat polimorf.
Helaian daun berjumlah 4 atau 2, daun muda menggulung.
Sporangium pada pangkal tangkai daun, ada yang
bertangkai dan tidak bertangkai, bentuk ginjal dengan dinding yang kuat dan
terkandung makro dan mikrosporangium.
Berdasarkan sifat sporokarpiumnya, Marsiliaceae dibedakan
dalam beberapa marga, antara lain:
a). Marsilea
Ciri-cirinya:
Batang merayap.
Daun bertangkai panjang dengan helaian berbelah 4.
Memiliki sporokarpium berbentuk ginjal pada atas pangkal
tangkai daun.
Di dalam sporokarpium terdapat sorus yang terdiri indusium
dan mikro dan makrosporangium.
Sporokarpium yang masuk pecah dengan 2 katup. Contoh: Marsilea
crenata
b). Pilularia
Ciri-cirinya:
Tiap sporokarpium mempunyai 2 – 4 sorus.
Daun berbentuk ginjal tanpa helaian daun dengan satu
sporokarpium pada pangkalnya.
Contoh: Pilularia globulifera.
c). Regnellidium
Ciri-cirinya:
- Mikrosporangium dengan 64 mikrospora.
- Makrosporangium dengan 1 makrospora.
- Daun berbelah dua. Contoh: Regnellidium diphyllum.
Penggolongan Hydropterides sebagai suatu anak kelas
tersendiri kebenarannya banyak diragukan. Ada yang beranggapan Hydropterides
hanya merupakan cabang Leptosporangiatae yang heterospor, yang karena adanya
penyesuaian terhadap hidup di air kemudian terpisah perkembangannya.
Dari semua warga Filicinae, Eusporangeatae telah muncul
pada zaman Devon akhir, Leptosporangiatae baru dalam zaman Karbon, dan
Hydroptorides dalam Trias. Dalam zaman purba Eusporangiatae lebih banyak
terdapat dari pada Leptosporangatae, keadaan sekarang adalah sebaliknya.
0 Response to "KELAS FILICINAE (Paku Sejati)"
Post a Comment