Siapa Penderita TB Tuberkulosis
Penderita TB
a) Penemuan Penderita TB
(1) Penemuan Penderita TB Paru Pada Orang Dewasa
Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Semua tersangka penderita diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-berturut, yaitu Sewaktu–Pagi–Sewaktu /SPS (Depkes RI, 2002).
(2) Penemuan Penderita Pada Anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin (Depkes RI, 2002). Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga underdiagnosis dan undertreatment.
Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam positif, sehingga penanggulangan TB ditekankan pada pengobatan TB dewasa. Akibatnya, penanganan TB anak kurang diperhatikan (Direktorat Jenderal PP & PL, 2006)
b) Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita
(1) Klasifikasi Penyakit
(a) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :
1. Tuberkulosis Paru BTA Positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2. Tuberkulosisi Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan tuberkulosis aktif. TB Paru Negatif Rotgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu berat dan ringan (Depkes RI, 2002).
3. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ektra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain- lain. Tuberkulosis ekstra paru dibagi lagi pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu tuberkulosis ekstra paru ringan dan tuberkulosis ekstra paru berat (Depkes RI, 2002).
(2) Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Menurut Tjokronegoro dan Utama (2001) dalam Retno (2010) tipe penderita dibagi dalam:
(a) Kasus Baru
Adalah penderita yang tidak mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lebih dari satu bulan.
(b) Kasus Kambuh (relaps)
Adalah penderita yang pernah dinyatakan sembuh dari tuberkulosis tetapi kemudian timbul lagi tuberkulosis aktifnya.
(c) Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih. Gagal adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
(d) Kasus Kronik
Adalah penderita yang BTA-nya tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.
Menurut Depkes RI (2002 ), tipe penderita dibagi ke dalam beberapa tipe, yaitu kasus baru; kambuh (relaps); pindahan (transfer in); setelah lalai (drop-out); gagal dan kasus kronik. (Purbosari, 2007)
a) Penemuan Penderita TB
(1) Penemuan Penderita TB Paru Pada Orang Dewasa
Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Semua tersangka penderita diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-berturut, yaitu Sewaktu–Pagi–Sewaktu /SPS (Depkes RI, 2002).
(2) Penemuan Penderita Pada Anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin (Depkes RI, 2002). Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering terjadi overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga underdiagnosis dan undertreatment.
Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam positif, sehingga penanggulangan TB ditekankan pada pengobatan TB dewasa. Akibatnya, penanganan TB anak kurang diperhatikan (Direktorat Jenderal PP & PL, 2006)
b) Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita
(1) Klasifikasi Penyakit
(a) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :
1. Tuberkulosis Paru BTA Positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2. Tuberkulosisi Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan tuberkulosis aktif. TB Paru Negatif Rotgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu berat dan ringan (Depkes RI, 2002).
3. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ektra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain- lain. Tuberkulosis ekstra paru dibagi lagi pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu tuberkulosis ekstra paru ringan dan tuberkulosis ekstra paru berat (Depkes RI, 2002).
(2) Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Menurut Tjokronegoro dan Utama (2001) dalam Retno (2010) tipe penderita dibagi dalam:
(a) Kasus Baru
Adalah penderita yang tidak mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lebih dari satu bulan.
(b) Kasus Kambuh (relaps)
Adalah penderita yang pernah dinyatakan sembuh dari tuberkulosis tetapi kemudian timbul lagi tuberkulosis aktifnya.
(c) Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih. Gagal adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
(d) Kasus Kronik
Adalah penderita yang BTA-nya tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.
Menurut Depkes RI (2002 ), tipe penderita dibagi ke dalam beberapa tipe, yaitu kasus baru; kambuh (relaps); pindahan (transfer in); setelah lalai (drop-out); gagal dan kasus kronik. (Purbosari, 2007)