Dimana Sebenarnya Risiko Berada
Dimana sebenarnya risiko berada ?
Dalam ilmu manajemen risiko dikenal istilah : the risk lies in the proccess and not in an
object. Pendapat ini lahir dari
pengamatan bahwa tidak ada penyebab tunggal terjadinya risiko. Memang selalu ada penyebab awal (proximate
cause), namun hasil akhir merupakan kombinasi dari banyak faktor.
Setiap
kejadian selalu diawali oleh rangkaian kejadian lainnya. Alam menunjukkan
kepada kita bahwa tidak ada kejadian tunggal. Apa saja yang terjadi di alam
merupakan rangkaian persitiwa yang di atur oleh hukum alam. Tentu saja di dalam
agama kita mengenal jenis kejadian yang
sangat terlokalisasi ini. Kejadian ini dikenal dengan nama keajaiban. Namun karena tidak semua dari kita pernah
mengalaminya maka pada kesempatan kali ini kita tidak akan membahasnya lebih
jauh.
Kita ambil contoh yang sangat terkenal : Terbakarnya pesawat ulang – alik Challenger
pada saat lepas landas dari Tanjung Florida beberapa tahun yang lalu. Pesawat
ulang – alik buatan Amerika / NASA ini dapat dikatakan sebagai perwujudan
akumulasi puncak kemampuan berfikir manusia. Setiap jengkal pesawat ini
menggunakan teknologi termaju yang pernah ada di dalam sejarah manusia. Banyak
teknologi di pesawat ini yang mungkin baru kita jumpai di pasaran beberapa
tahun lagi di depan.
Kita ambil contoh yang paling sederhana, lapisan
pelindung bagian bawah pesawat. Bahan
pelindung ini terbuat dari keramik khusus yang untuk pengembangannya
membutuhkan waktu lebih dari dua puluh tahun. Harus terbuat dari keramik karena
hanya keramik yang bisa menahan panas sampai 2000 derajad celcius dalam waktu
lama. Batu bata adalah contoh keramik yang paling sederhana tapi batu bata
bersifat sangat getas atau sangat mudah pecah. Maka harus ditemukan keramik yang
bersifat seperti logam : artinya memiliki sifat lentur. Dan proses ini membutuhkan waktu dua puluh
tahun penelitian.
Manajemen proyek yang digunakan juga sangat
canggih. Metode yang di gunakan adalah
HAZOP yang tidak akan kita bicarakan pada kesempatan kali ini. Namun apa yang
terjadi dalah pesawat terbakar dan
hancur pada saat peluncuran. Apa yang salah ? Enam bulan penyelidikan yang dipimpin oleh
seorang pemenang nobel fisika Richard
Feynman menemukan bahwa cincin karet penyekat pada tabung bahan bakar
retak dan mengakibatkan kebocoran.
Cincin retak karena suhu yang terlalu rendah pada saat peluncuran.
Mengapa cicin retak ? Mengapa peluncuran
dipaksakan harus berlangsung pada suhu yang sedemikian rendah ? Penyelidikan pada sisi kebijakan menemukan
adanya pengaruh pengurangan anggaran terhadap keputusan peluncuran. Faktanya peluncuran ini sudah ditunda berkali
– kali karena cuaca buruk dan penundaan berikutnya hanya akan menambah biaya
yang harus ditanggung oleh program ini. Kecelakaan tragis ini sekali lagi memberikan gambaran
bahwa risk lies within the
proccess not within the objects.