KELAS MUSCI (LUMUT DAUN)
KELAS
MUSCI (LUMUT DAUN)
Lumut daun meliputi kurang lebih 12.000 jenis yang
mempunyai daerah agihan yang sangat luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah
gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang
bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut ini dapat kita jumpai di antara rerumputan,
di atas batu cadas, pada batang batang dan cabang cabang pohon, di rawa-rawa,
jarang di dalam air. Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka
tubuhnya pun memeperlihatkan struktur yang bermacam-macam pula. Kebanyakan
lumut daun suka tempat yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh di tempat yang
kering. Beberapa jenis diantaranya dapat sampai berbulan-bulan menahan
kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan, bahkan ada yang tahan kekeringan
sampai bertahun-tahun.
Di tempat-tempat yang kering lumut itu membentuk
badan berupa bantalan, sedangkan yang hidup di tanah hutan,membentuk lapisan
seperti permadani. Dalam hutan dipegunungan daerah tropika batang dan
cabang-cabang pohon penuh dengan lumut yang menempel, berupa lapisan yang
kadang-kadang sangat tebal dan karena basahnya selalu mengucurkan air. Hutan
demikian itulah yang disebut hutan lumut, yang sering juga disebut hutan kabut,
karena hutan itu hampir selalu diselimuti kabut ( elfin forest ).
Di daerah gambut lumut dapat menutupi areal yang luasnya
sampai ribuan km kuadrat, demikian pula di daerah tundra di sekitar Kutub
Utara. Lumut daun yang tenggelam jarang kita temukan. Lumut yang membentuk
bantalan karena tidak berakar hampir-hampir tidak mengisap air dari tanah, bahkan
melindungi tanah itu terhadap penguapan air yang terlalu besar.
Spora lumut daun di tempat yang cocok berkecambah
merupakan protonema, yang terdiri atas benang-benang berwarna hijau, bersifat
fototrop positif, banyak bercabang-cabang, dan dengan mata biasa kelihatan
seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Protonema itu mengeluarkan
rizoidrizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan sekat-sekat
miring, bersifat fototrop negatif, masuk ke dalam tanah dan bercabang-cabang.
Rizoid telah mulai terbentuk pada pembelahan spora yang pertama pada sisi yang
tidak terkena cahaya. Jika cukup mendapat cahaya, pada protonema lalu terbentuk
kuncup yang akan berkembang menjadi tumbuhan lumut. Kuncup mula-mula berupa
penonjolan- penonjolan ke samping dari sel-sel bawah pada suatu cabang
protonema. Setelah kuncup itu merupakan 1 – 2 sel tangkai, maka dalam sel ujungnya
lalu terjadi sel serupa pyramid, karena terbentuknya sekat - sekat yang miring.
Sel-sel bentuk pyramid itulah yang seterusnya merupakan sel pemula yang
meristematik. Sel itu tiap kali memisahkan suatu segmen sebagai sel-sel anakan
baru, dan akhirnya berkembanglah tumbuhan lumutnya. Jika banyak terbentuk
kuncup-kuncup demikian tadi, maka tumbuhan lumut seringkali tersusun seperti
dalam suatu rumpun. Tumbuhan lumut daun selalu dapat dibedakan dalam bagianbagian
berupa batang dengan daun-daun. Di samping itu terdapat rizoid-rizoid untuk
melekat pada substrat.
Pada Musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung
batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang
letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan
yang khusus dan seperti pada Jungermaniales juga dinamakan periantium.
Kemudian alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika
dalam kelompok itu terdapat baik arkegonium mauoun anteridium, dan dinamakan
berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempaynya. Di
antara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah
rambut-rambut yang terdiri atas banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan.
Seperti pada tubuh buah Fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.
Pada Musci tertentu yang berumah dua, tumbuhan jantan hanya kecil saja,
dan setelah pembentukan beberapa daun, segera menghasilkan anteridium. Pada Buxbaumia
aphylla tumbuhan jantan hanya berbentuk satu daun yang tidak berklorofil
dan tergulung seperti bola,sedang tumbuhan betina mempunyai banyak daun. Juga
spora yang dihasilkan tumbuhan jantan, serinykali lebih lebih kecil daripada
spora yang dihasilkan oleh tumbuhan tumbuhan. Muncullah dengan ini peristiwa heterospori
yang kita jumpai pada beberapa golongan Pteridophyta. Musci
dibedakan dalam 3 bangsa :
Bangsa Andreaeales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku
Andreaeaceae, dengan satu marga Andreaea. Protonema berbentuk pita yang
bercabang-cabang. Kapsul spora mula mula diselubungi oleh kaliptra yang
bentuknya seperti kopiyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup.
Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh- contoh : Andreaea
petrophila, A. rupestris.
Bangsa Sphagnales ( lumut gambut )
Bangsa ini hanya terdapat satu suku Sphagnaceae dan
satu marga Sphagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang
kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumpun atau
bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian
bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Protonema tidak berbentuk
benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya
bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja.
Batangnya banyak bercabang-cabang: cabang-cabang muda
tumbuh tegak dan memebentuk roset pada ujungnya. Daun daun yang sudah tua
terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang di bawah puncuk
tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga kelihatan seperti batang lumut
itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit demi sedikit,
maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah.
Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel
yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti sepon, dapat
menghisap banyak air. Dinding yang membujur maupun yang melintang mempunyai
liang-liang yang bulat. Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal bentuk
cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang
membentuk susunan seperti jala, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang
dan mengandung banyak klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu
berguna untuk memenuhi keperluan akan air dan garam makanan.
Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna
khusus, yaitu cabang yang menjadi pendukung alat-alat kelamin. Cabang-cabang
tumbuhan jantan mempunyai anteridium yang bulat dan bertangkai di ketiak ketiak
daunnya. Cabang tumbuhan betina mampunyai arkegonium pada ujungnya. Cabang
pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada
ujungnya, jadi seperti lumut hati, dan berbeda dengan lumut daun umumnya. Sporangium
hanya berbentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar, dan sampai lama diselubingi
oleh dinding arkegonium. Akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporangium.
Kapsul spora berbentuk bulat, di dalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah
bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen. Arkespora pada Sphagnum tidak
berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium.
Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora
sudah masak. Sporangium dengan kakinya yang melebar dan merupakan haustorium
terdapat dalam suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan, kaki lalu
memanjang seperti tangkai dan dinamakn pseudopodium. Contohcontoh lumut
gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S. squarrosum, S. acutifolium.
Bangsa Bryales
Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini.
Pada bangsa ini kapsul sporanyatelah mencapai diferensiasi yang palimg
mendalam. Sporangiumnya mempunyai suatu tangkai yang elastis, yang dinamakn seta.
Tangkai dengan kaki sporangiumnya tertanam dalam jaringan tumbuhan gametofitnya.
Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat radial atau
dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra. Kaliptra ini berasal dari
bagian atas dinding arkegonium. Dengan bentangnya sporangium, dinding arkegonium
akhirnya terpisah pada bagian perut arkegonium tadi, dan sebagai tudung ikut
terangkat oleh sporangium yang memanjang itu. Leher dindimg arkegonium segera
menjadi kering dan merupakan puncak kaliptra. Jadi sel-sel yang emnyusun
kaliptra tidak merupakan sel-sel diploid akan tetapi terdiri atas sel-sel gametofit
yang haploid.
Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari
sporangium, dapat berkembang terus dan menghasilkan rambut-rambut yang
menyerupai benang-benang protonema dengan pertumbuhan yang terbatas. Pada jenis
lumut-lumut tertentu ( antara lain pada warga Funaria ) kaliptra melebar
seperti perut dan berguna sperti penimbun air bagi sporangium yang amsih muda.
Bagian atas seta dinamakan apofisis. Pada jenis-jenis lumut tertentu
apofisis mempunyai bentuk dan warna yang khusus. Menurut poros bujurnya kapsul
spora itu mempunyai jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung
mengelilingi jaringan kolumela itu. Kolumela dan ruang spora dikelilingi oleh ruang
antar sel yang terdapat di dalam jaringan dinding kapsul spora. Bagian atas
dinding kapsul dikelilingi kapsul spora tersusun merupakan tutup (operculum).
Di bawah tepi operculum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran sempit
dan dinamakan cincin. Sel–selnya mengandung lender yang dapat mengembang dan
menyebabkan terbukanya operculum.
Khusus pada kebanyakan warga Bryales di bawah
operculum terdapat suatu organ berupa gigi yang menutupi lubang kapsul spora.
Gigi ini yang dinamakan peristom. Seringkali di bawah operculum kapsul
spora terdapat dua peristom , misalnya pada Mnium hornum. Peristom luar
terdiri dari 16 gigi yang melekat pada dinding kapsul spora.
Pada warga Musci terdapat perbedaan bentuk dan
susunan peristomnya. Pada beberapa jenis lumut yang tergolong marga Archidium,
Phascus, Ephemerum, susunan sporangiumnya sangat sederhana. Padanya tidak
terdapat operculum, cincin maupun peritom. Dinding kapsul spora membuka tidak beraturan
karena adanya bagian – bagian dinding yang menjadi busuk. Untuk rumah tangga
airnya, jaringan pengankutan yang masih amat sederhana memainkan perana yang
sangat penting dalam tangkai sporangium saja. Bagi lumut yang belum mempunya
akar – akar yang sungguh itu, pengangkutan air ke atas berlangsung
melalui sistem kapiler yang yang etrdiri atas batang dan daun – daun yang telah
terkulai. Sistem kapilar itu dapat menghisap banyak air, bahkan dapat
mempergunakan lengas dalam udara.
Menurut cara pertumbuhannya Bryales dapat dibedakan
dalam dua golongan , yaitu :
- yang
tumbuh ortotrop,
- yang
tunbuh plagiotrop.
Pada yang tumbuh ortotrop pertumbuhannya diakhiri dengan
pembentukan arkegonium, dan sporangium yang etrjadi dari arkegonium itu berdiri
pada ujung batang lumut , oleh sebab itu lumut itu dinamakn lumut akrokarp.
Pada yang tumbuh plagiotrop, batang pokoknya mempunyai pertumbuhan yang tidak
terbatas, dan arkegonium serta sporongiumnya terdapat pada cabang – cabang
pendek.
Dalam mengklasifikasikan Bryales lebih lanjut,
bentuk kapsul spora, peristom operculum , dan kaliptra , merupakan tanda –
tanda pengenal yang penting. Dalam taksonomi Bryales lazimnya dibedakan atas
dasar sifat-sifat peristomnya sebagai berikut.
I. Arthodontea
Gigi peristom tipis seperti selapur, berasal dari satu
lapis sel sporangium. Gigi–gigi mempunyai garis–garis melintang dan bersendi.
Arthrodontea dibedakan lagi dalam dua kelompok, yaitu: Eubryales
acrocarpi dan Eubryales pleurocarpi. Eubryales acrocarpi termasuk
antara lain suku Rhizogoniaceae, termasuk jenis lumut yang heterogen,
seringkali haanya mempunyai satu peristom, daun seringkali asimetrik, kapsul
spora tegak dan simetrik, contoh marga Rhizogonium. Suku Funariaceae :
Funaria hygrometrica. Eubryales pleurocarpi, suku Hypnodendraceae,
habitatnya seperti pohon kecil, batang primer merayap seperti rimpang,
batang-batang sekunder berkayu. Kapsul spora agak besar, contoh-contohnya Hypnodendron
reinwardtii, Hypnodendron junghuhnii, Mniodendron divaricatum.
II. Nematodonteae
Gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak
bergaris-garis. Didalamnya tergolong suku Polytrichaceae, lumut yang
umurnya lebih dari setahun, daun-daun sempit, pada sisi perut tulang daun
seringkali terdapat lamella yang membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar.
Protonema Georgia pellucida bersama dengan suatu ganggang hijau Coccomyxa
dapat membentuk suatu organisme yang menyerupai Lichenes dan dinamakan Botrydina.
Jika kita membuat tinjauan mengenai seluruhnya, maka yang pantas kita
perhatikan ialah adanya pergiliran keturunan yang spesifik. Gametofit yang
haploid, yang menghasilkan anteridium dan archegonium menjadi inang sporofit
yang diploid. Sporofit mempunyai habitat yang sama sekali berbeda dengan
gametofitnya. Susunan tubuhnya dalam beberapa hal telah memperlihatkan suatu
penyesuaian terhadap kehidupan di darat, tetapi karena belum mempunyai
jaringan-jaringan pengangkut yang sempurna, belum dapat tumbuh sampai jauh dari
permukaan tanah. Dugaan bahwa Bryophyta secara filogenetik berasal dari
algae menjumpai banyak kesulitan-kesulitan. Antara Chlorophyceae/Characeae pada
pihak Algae dan Bryophyta tidak ditemukan bentuk-bentuk
peralihan. Tetapi untuk menganggap Bryophyta yang mempunyai klorofil itu
sebagai keturunan Phaeophyceae rasanya pun janggal. Mungkin Bryophyta
itu berasal dari ganggang hijau dari zaman purbakala yang telah mempunyai susunan
gametangium seperti Phaeophyceae, tetapi bukti-bukti untuk memperkuat
dugaan itu sama sekali tidak ada.
Pandangan lain yang tidak banyak mempunyai penganut
beranggapan bahwa kelompok lumut daun (musci) yang lebih tua dan karena
reduksi daun-daunnya serta memipihnya batang sampai berbentuk seperti
lembaran-lembaran lahirlah Hepaticeae. Anggapan ini disesuaikan dengan kenyataan
yang terdapat pada Pteridophyta dan Spermatophyta, yaitu bahwa
semakin tinggi tingkat perkembangan tumbuhan gametofitnya semakin tereduksi. Lumut-lumut
yang fosil hanya terdapat dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman karbon tengah
dan yang lebih muda. Kebanyakan fosil lumut terdapat dalam lapisan-lapisan
tanah dari zaman tersier. Fosil-fosil lumut itu memperlihatkan persamaan yang
besar dengan jenis-jenis lumut yang sekarang masih ada.
0 Response to "KELAS MUSCI (LUMUT DAUN)"
Post a Comment