Politik Luar Negeri Amerika Serikat
Politik luar negeri Amerika Serikat di era pemerintahan Presiden
George W. Bush, mengalami perubahan yang sangat radikal dibandingkan dengan
politik luar negeri pada era sebelumnya. Dengan kata lain, kebijakan luar
negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan Bush telah mengalami revolusi.
Paska runtuhnya gedung WTC (World Trade
Center ) tanggal 11 September 2001 , Amerika
Serikat menargetkan beberapa negara yang terkait sebagai pendukung terorisme,
salah satunya adalah Korea Utara. Korea Utara, menjadi isu internasional ketika
berusaha mengembangkan nuklirnya pada tahun 2002 dan disinyalir memproduksi
senjata pemusnah massal untuk diekspor ke negara-negara lain. Hal ini yang
menyebabkan Amerika Serikat berniat untuk melucuti senjata-senjata konvensional
terhadap beberapa negara yang akan mengancam kepentingan nasional Amerika
Serikat.
Politik luar negeri Amerika Serikat yang digunakan untuk mempengaruhi Korea Utara dalam bernegosiasi secara bilateral yang mana sebelumnya Amerika Serikat akan melancarkan bantuan kembali kepada Korea Utara atas kegagalan kesepakatan kerangka kerja pada tahun 1994. Sebagai timbal baliknya, Korea Utara harus membekukan program nuklirnya.
Bila dilihat dari kaca mata politik, posisi tawar-menawar yang dilakukan Amerika Serikat kepada Korea Utara semata-mata hanya supaya “kesugestian” Amerika Serikat akan munculnya negara super power ke dua yang akan menyainginya. Maka tidak heran bila Amerika Serikat menggunakan politik luar negeri yang bersifat unilateral.
Dalam melaksanakan unilateralismenya, Amerika Serikat dipengaruhi oleh tujuan dasar dari politik luar negerinya paska Perang Dingin yang menyatakan bahwa Amerika Serikat harus menjaga posisi primacy Amerika Serikat yang tak terganggu untuk memastikan global order dan balance of power diberbagai di dunia. (David Callahan, 1996 : 1). Tindakan unilateral adalah sebuah pendekatan atau tindakan yang menggantungkan pada self-help dan strategi politik luar negeri yang dilakukan sendiri. (David Callahan, 1996 : 128)
Paska runtuhnya gedung WTC (
Politik luar negeri Amerika Serikat yang digunakan untuk mempengaruhi Korea Utara dalam bernegosiasi secara bilateral yang mana sebelumnya Amerika Serikat akan melancarkan bantuan kembali kepada Korea Utara atas kegagalan kesepakatan kerangka kerja pada tahun 1994. Sebagai timbal baliknya, Korea Utara harus membekukan program nuklirnya.
Bila dilihat dari kaca mata politik, posisi tawar-menawar yang dilakukan Amerika Serikat kepada Korea Utara semata-mata hanya supaya “kesugestian” Amerika Serikat akan munculnya negara super power ke dua yang akan menyainginya. Maka tidak heran bila Amerika Serikat menggunakan politik luar negeri yang bersifat unilateral.
Dalam melaksanakan unilateralismenya, Amerika Serikat dipengaruhi oleh tujuan dasar dari politik luar negerinya paska Perang Dingin yang menyatakan bahwa Amerika Serikat harus menjaga posisi primacy Amerika Serikat yang tak terganggu untuk memastikan global order dan balance of power diberbagai di dunia. (David Callahan, 1996 : 1). Tindakan unilateral adalah sebuah pendekatan atau tindakan yang menggantungkan pada self-help dan strategi politik luar negeri yang dilakukan sendiri. (David Callahan, 1996 : 128)
0 Response to "Politik Luar Negeri Amerika Serikat"
Post a Comment